‘Merubah’ Mindset Karyawan
Oleh: Judika Malau
Polin merenungkan khotbah yang ia dengar beberapa hari lalu. ‘Berubahlah,” kata seorang pembicara di depan ribuan orang. Muncul pikiran di benak Polin. Bagaimana orang bisa berubah? Mungkinkah pikiran orang berubah? Mungkinkah mindset atau pola pikir seseorang berubah? Bagaimana kalau orang sudah tua? Sudah 40, 50 atau 70 tahun? Mungkinkah pikirannya bisa berubah?
POLIN: Bagaimana pendapatmu, Radot? Apakah mindset karyawan bisa berubah?
RADOT: Perubahan mindset sering diharapkan oleh banyak orang: suami terhadap isterinya, isteri terhadap suaminya, orang tua terhadap anaknya, anak terhadap orang tuanya, atasan terhadap anak buah, anak buah terhadap atasan, rakyat terhadap presidennya; presiden terhadap rakyatnya. Hampir semua kita mengharapkan orang lain berubah sesuai yang kita inginkan.
Kita mengharapkan orang lain berubah. Namun, kita sering mengabaikan bagaimana diri kita bisa berubah. Merubah pikiran kita saja tidak mudah apalagi merubah pikiran orang lain. Ini membutuhkan banyak usaha, minimal di pihak kita yang mengharapkan perubahan itu.
Ada misteri di dalam proses perubahan itu, tetapi ini sering diabaikan. Kita tidak mau memberi perhatian besar terhadap proses perubahan itu. Kita mau hasilnya saja tanpa memberikan pemikiran dan usaha bagaimana memberikan sarana agar perubahan itu terjadi.
POLIN: Saya sering menginginkan orang lain berubah, tetapi saya sendiri masih bertanya bagaimana itu bisa dilakukan?
RADOT: Ada beberapa faktor yang perlu dibahas mengenai proses perubahan ini, tetapi kali ini kita mengupas bagaimana mindset terbentuk.
Ada orang yang mencoba menjelaskan bagaimana mindset terbentuk di dalam pikiran. Banyak usaha dibuat untuk menjelaskan bagaimana mindset terbangun. Minimal, ada dua pendekatan yang dapat membantu untuk memahami pembentukan mindset atau pola pikir. Pertama adalah Edward de Bono.
Menurut de Bono, pikiran ibarat tanah datar. Bila hujan turun, aliran air terbentuk dengan sendirinya. Bila hujan turun kemudian, air hujan akan mengikuti aliran (pola) yang sudah terbentuk sebelumnya. Demikian juga dengan pikiran. Ketika informasi masuk, informasi itu akan membentuk pola dengan sendirinya. Dan bila informasi baru masuk, ia akan mengikuti pola yang sudah terbentuk. Bila informasi yang masuk kemudian berbeda, informasi itu akan ditolak dan ini menjadi cikal bakal dari perdebatan.
Pendekatan kedua diberikan oleh Archibald D. Hart. Menurut Hart, pembentukan arus pikiran mirip seperti pembentukan arus sungai. Arus pikiran terbentuk dari arus-arus kecil. Ibarat sungai, sungai bersumber dari arus-arus air kecil, yang bersumber dari mata air di gunung. Arus-arus kecil ini kemudian membentuk arus yang lebih besar dan akhirnya membentuk arus sungai yang besar. Demikianlah arus pikiran terbentuk. Apabila arus sungai telah terbentuk, arus itu sulit berubah.
POLIN: Jadi, pembentukan mindset ibarat pembentukan aliran air di atas tanah datar atau pembentukan arus sungai. Menarik.
RADOT: Itu pendekatan yang dicoba oleh para ahli sekalipun pendekatan itu sulit dibuktikan. Itu adalah usaha-usaha untuk menjelaskan bagaimana mindset terbentuk. Siapa yang tahu bagaimana mindset itu terbentuk di dalam pikiran sebab pikiran adalah sesuatu yang tidak bersifat materi. Otak bersifat materi, tetapi pikiran bukan. Jadi, tidak mungkin kita memahami bagaimana mindset terjadi di dalam pikiran. Tetap ada misterinya.
Yang menarik dari kedua pendekatan itu adalah perdebatan. Menurut de Bono, kalau informasi yang baru masuk ke pikiran berbeda dengan informasi yang membentuk mindset yang telah terbentuk, maka informasi yang baru akan ditolak. Misalnya, bila kita percaya bahwa Allah adalah Allah Tritunggal, dan bila ada informasi lain yang mengatakan hal yang berbeda, maka informasi itu akan ditolak. Begitu juga dengan orang lain. Ia akan menolak informasi tentang ketuhanan kalau informasi tentang ketuhanan itu berbeda dengan mindset yang telah terbentuk di pikirannya.
POLIN: Jadi, perdebatan bisa muncul karena ada perbedaan mindset ini. Begitu?
RADOT: Itu menurut Edward de Bono. Bila mindset (pola) sudah terbentuk dan ada informasi yang berbeda dengan informasi yang menyusun pola, maka akan terjadi perdebatan. Jadi, ketika kita melihat dua atau beberapa orang berdebat tentang topik tertentu- itu merupakan gambaran bagaimana pertarungan mindset di antara orang itu terjadi.
POLIN: Saya mulai menangkap sebagian alasan di balik perdebatan.
RADOT: Namun demikian, pendekatan di atas tidaklah mutlak. Itu hanya usaha untuk mencoba menggambarkan bagaimana pola terbentuk. Yesus pernah mengatakan bagaimana benih bisa tumbuh dalam hati seseorang.
Dalam perumpamaan tentang penabur benih, Yesus menjelaskan beberapa jenis tanah di mana benih itu jatuh. Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, ada benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ada benih yang jatuh di tengah semak duri dan ada yang jatuh di tanah yang baik. Namun, hanya benih yang jatuh di tanah yang baik yang benar-benar memberikan hasil yang memuaskan. Ada yang memberi hasil 100 kali lipat; ada yang 60 kali lipat; ada yang 30 kali lipat.
POLIN: Berarti benih yang baik dan jenis tanah sangat menentukan. (Bersambung ke ‘Merubah’ Pola Pikir Pekerja)
–0–
Baca juga: